Tafsir Budaya Atas Transisi Kebudayaan Maya

by - 9:00 PM


Kehidupan terus berputar, pemikiran manusia semakin berkembang, teknologipun semakin canggih. Perubahan-perubahan baik dari bidang sosial maupun teknologi terus berlanjut. Cara berpikir masayarakat yang terus berinovasi membuat keadaan saat ini begitu berbeda zaman dahulu. Dimana keadaan saat ini semuanya beegerak sangat cepat, manusia seakan berlomba-lomba. Teknologi yang semakin canggih membuat jarak seakan tak berarti, face to face mulai tergeser, semuanya tidak perlu dilakukan dengan bertatap muka, dengan masing-masing terhubung dengan skype rapat sudah mulai bisa laksanakan, belajar tak perlu lagi berkumpul disuatu ruangan kelas dengan seorang guru didalamnya, cukup dengan e-learning semuanya sudah bisa. Pekerjaang yang dulu harus kita lakukan sendiri, seperti mencuci, memasak nasi, dan menyetrika semuanya telah ada alatnya, sehingga kita hanya perlu duduk tenang menunggunya. Ya zaman sekarang semuanya serba mudah dan serba cepat.

Membicarakan keadaan saat ini yang semuanya serba cepat dan mudah tentu tak bisa dilepaskan dengan kemajuan dan kecanggihan dalam bidang teknologi. Salah satunya adalah internet. Internet yang biasa kita sebut juga dengan dunia maya atau cyberspace merupakan representasi grafis interaksi manusia melalui dunia tanpa batas geografis. Suatu tempat dimana semuanya tidak nampak secara nyata tetapi ada. Sehingga tidak heran dunia maya ini menjadi tempat favorit ekspresi manusia. Kita tidak perlu takut untuk dihina atau ditertawakan karena kita tidak bertemu secara langsung. Kita bisa dengan sesuka hati kita menampilkan profil diri kita secara asli atau palsu. Maka tak heran banyak orang yang kita jumpai di dunia maya begitu ekspresif dan banyak berbicara, tetapi menjadi sosok yang pendiam di dunia nyata.
Fasilitas-fasilitas lain yang ditawar di dunia maya pun tak kalah memanjakan manusia, e-learning, e-banking, e-market dan e- e- lainnya. Kita tak perlu repot pergi ke bank hanya untuk mentransfer uang, kita tak perlu repot-repot mengunjungi toko satu ke toko lainnya untuk berbelanja. Kita cukup duduk manis di tempat kita dengan memilih barang apa yang akan kita beli.
Kecanggihan teknologi yang kita rasakan dan globalisasi yang merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari tanpa kita sadari telah merubah gaya hidup kita. Keduanya menjadi faktor perubah kebudayaan. Untuk melihat perubahan tersebut, Hendar Putranto menjelaskan ciri-ciri budaya masyarakat pascamodern tersebut,yaitu :
1.      Pengaruh budaya dan media massa yang menjadi sedemikian kuat dalam hidup sosial dari pada era sebelumnya.
2.      Hidup sosial dan ekonomi lebih berkisar pada konsumsi simbol-simbol dan gaya hidup dari pada  produksi barang yang menjadi ciri khas dari era industri.
3.      Serangan atau kritik atas ide tentang realitas dan representasinya.
4.      Yang menjadi prinsip pemersatu dan produksi kultural adan imajinasi dan ruang, bukan lagi narasi dan sejarah.
5.      Muncullah aneka macam prodi, pastiche, ironi, kitsch, dan eklektisme pop seperti tampak dalam pementasan wayang kulit, dalam babak “ goro-goro” dimana tokoh Brima didarat berbicara kepada Gatotkaca yang melayang di udara dengan menggunakan mobile phone.
6.      Bentu-bentuk arsitektur urban menunjukkan gejala penonjolan hiburan, “leha-leha”, dan gaya hidup, seperti paling jelas tampak dalam pusat-pusat perbelanjaan (mall), taman hiburan, dan kompleks hunian, seperti real estate, kondominium, dan apartemen.
7.      Hibriditas dipuja, rigiditas, distingsi (klasifikasi, batas-batas, seperti batas antara budaya tinggi atau elite dan budaya rendah atau popular) semakin mengabur atau bahkan ditinggalkan.

   Demikianlah ciri-ciri budaya masyarakat menurut Hendar Putranto, apabila kita amati hal-hal tersebut telah terjadi pada masyarakat kita. Dan memang tanpa kita sadari kecanggihan teknologi dan globalisasi begitu berpengaruh terhadap segala bidang kehidupan.
Membahas tentang dunia maya, dimana di tempat itulah manusia berinteraksi tanpa batasan ruang dan waktu, tentu mengingatkan kita kepada Facebook. Situs jejaring sosial yang begitu popular semenjak keberadaannya. Situs ciptaan Mark Zuckerberg ini mendapat respon yang sangat bagus dari masyarakat. Awalnya situs ini digunakan sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard saja tetapi karena kelebihannya, beberapa kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukkan ke dalam jaringan Facebook.
Prospek Facebook yang sangat bagus, membuat Zuckerberg menolak tawaran-tawaran yang sangat menggiurkan dari beberapa pihak yang berniat membeli situs jejaring sosial ini. Seperti Friendster yang menawarkan harga 10 juta US Dollar, Viacom seharga 750 juta US Dollar, Yahoo seharga 1 milyar US Dollar dan Bill Gates yang ingin membeli seluruh saham facebook, namun Bill Gates pada Oktober 2007 hanya dapat membeli 1,6% saham facebook seharga 240 juta US Dollar.
Akhirnya pada bulan September 2006, Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang memiliki alamat e-mail untuk bergabung dengan situs ini. Dan terbukti bahwa facebook memang mendapat respon yang begitu bagus dari masyarakat, terlihat pada tahun 2007 penamban 200 ribu account baru perharinya. Dan menurut data statistik terdapat 34 juta user facebook aktif pada tahun 2007 yang membuat facebook naik peringkat dari posisi ke 60 menjadi posisi ke 7 situs yang paling banyak dikunjungi.

Di Indonesia sendiri pun tak ketinggalan menyambut situs jejaring sosial ini. Semua masyarakat seakan berlomba-lomba membuat akun facebook. Hingga para musisi pun membuat karyanya yang berbau dengan facebook, seperti Saykoji dengan lagunya Online yang saat itu begitu sangat popular. Hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) di daerah Jawa Timur sempat menyatakan haram beberapa tahun lalu, namun seakan menutup telinga, masyarakat tetap menggandrungi situs tersebut.
Memang manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berinteraksi. Baik berinteraksi secara fisik atau nyata. Namun tentunya perkembangan teknologi komunikasi itu harus kita cerna dalam metabolisme pikiran tentang makna kehidupan manusia sejatinya, yaitu interaksi dan komunikasi dalam dunia nyata. Hal ini bertujuan agar terciptanya institusi masyarakat yang nyata, bukan maya yang sudah mengalami proses simulakra. Karena sesuai dengan pendapat Beger dan Luckmann, bahwa institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Apabila tindakan dan interaksi masyarakat yang nyata maka akan menghasilkan institusi yang nyata pula, dan apabila tindakan dan interaksi masyarakat maya maka akan menghasilkan institusi masyarakat yang maya pula. Menjadi institusi masyarakat yang nyata atau institusi masyarakat yang maya, semuanya ada di tangan kita.


You May Also Like

0 comments